Say NO to NO
Waktu Ana masih sangat kecil, usia dua atau tiga, orangtuanya mengajarkannya untuk selalu bilang “iya.” Mereka mengajarkannya untuk selalu setuju dan maklum. Bila tidak, Ana akan dipukul dan dihukum. Ana lalu tumbuh menjadi anak yang sangat sopan. Dia tidak pernah marah, tidak pernah menyakitkan. Dia sangat peduli dan berbagi, tak pernah buat onar. Dan apapun yang orangtuanya bilang, dia selalu menganggapnya benar.
Di sekolah, Ana menjadi sangat disukai. Nilai-nilainya bagus dan akhlaknya terpuji. Gurunya menjadikannya contoh yang mulia. Tapi tak ada yang pernah tahu apa yang dirasakan oleh Ana. Ana punya banyak teman. Dia tak pernah berbohong. Dia adalah gadis manis yang sangat suka menolong. Ia selalu membantu teman-temannya tanpa diminta. Walau sebetulnya ia sedang sakit atau sangat lelah.
Waktu Ana dewasa dan telah menikah, ia punya rumah dan anaknya dua. Setiap kali orang bertanya “Apa kabar, Ana?”, dia selalu menjawab “baik-baik saja.” Suatu malam yang dingin, saat orang sedang tidur semua, tiba-tiba banyak pikiran buruk berputar-putar di kepalanya. Dia tidak tahu mengapa, tapi dia ingin sekali mati. Lalu ia berkata pada Tuhan “Ambillah nyawaku, aku sudah tak tahan lagi.” Lalu ia mendengar nuraninya bersuara. Ia mendengar kata “tidak”, keras sekali dari lubuk hatinya.
Sejak saat itu, Ana tahu apa yang harus dilakukannya. Kini ia merasa hidupnya jadi lebih sempurna. Kini Ana sudah bisa bilang “tidak, aku tidak mau”, “tidak, kamu saja”, dan “tidak, aku tak setuju.” “Tidak, itu tidak cocok”, “tidak, yang lain saja”, “tidak, aku capek dan sibuk”, dan “tidak, aku tidak suka.”
Keluarganya jadi kaget, teman-temannya juga. Ana tidak peduli kini Ana beda. Ana bahagia karena Ana mulai bisa mengucapkan “tidak” setiap waktu. Matanya lebih bercahaya sejak malam bersejarah itu. Ana kini menjadi orang yang lebih hidup dan dia hanya melakukan hal-hal yang dirasanya sanggup.
Kini Ana punya bakat, ambisi, dan mimpi. Ia punya uang, perasaan, dan juga opini. Dan juga kepada anak-anaknya, ia selalu berkata “Kalian boleh tidak setuju, walau damai itu indah. Kalian boleh bilang ‘tidak’, kapan saja kalian mau. Karena dengan begitu, kalian bisa tumbuh menjadi manusia yang sempurna dan penuh.” “ Anakku, Mama tahu bahwa Mama hanya orang biasa. Bisa saja, sangat bisa, Mama juga salah. Jadi walaupun kalian bilang ‘tidak’ kadang-kadang, percayalah nak, bahwa kalian akan tetap Mama sayang!”
Disadur dari Chicken Soup for The Soul
Oleh:Mark Victor Hansen & Jack Canfield